A. PROTEIN URINE
1. Pengertian Protein dan urine
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur
C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan
untuk membangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai
sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak.
Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa
sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan
materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi
urin berubah sepanjang proses reabsorpsi.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring
di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin.
Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl
urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein
dalam urine disebut proteinuria.
2. Protein
Urine Dalam Kehamilan
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang
bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine.
Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan
tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun
pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan. Penyebab pasti
dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan
ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia.
Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran
darah ke rahim.
3. Pemeriksaan
Protein urine
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan
rutin. Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin
berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan
itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urin
yang jernih betul menjadi syarat yang penting terhadap protein.
Jika urine yang akan diperiksa jernih, boleh terus dipakai, dan apabila kekeruhan tidak dapat dihilangkan maka bisa dilakukukan penjernihan atau penyaringan pada urine sehingga urin yang digunakan untuk pemeriksaan adalah urin yang benar-benar jernih.
Jika urine yang akan diperiksa jernih, boleh terus dipakai, dan apabila kekeruhan tidak dapat dihilangkan maka bisa dilakukukan penjernihan atau penyaringan pada urine sehingga urin yang digunakan untuk pemeriksaan adalah urin yang benar-benar jernih.
4. Tujuan
Pemeriksaan Protein Urine
Untuk mengetahui kadar protein dalam urin dan juga untuk mengetahui apakah
pasien mengalami eklamsi.
5. Alat
Dan Bahan
Persiapan alat dan bahan
a. Status
pasien
b. Alat
tulis
c. Bengkok
d. Sabun
cair untuk cuci tangan
e. Handuk
kecil pribadi
f. Wastafel
g. Satu
buah tabung reaksi
h. Tempat
tabung reaksi
i. Penjepit
tabung reaksi
j. Lampu
spirtus
k. Corong
l. Kertas
saring
m. Korek api
n. Pipet
o. Urin
dalam bengkok
p. Spuit
5 cc
q. Spuit
10 cc
r. Larutan
asam sulfat salisilat 20%
s. Larutan
asam asetat 5%
t. Sikat
tabung reaksi
u. Sabun
detergen
v. Spon
pencuci
w. Kain lap
x. Celemek
6. Persiapan Pasien
Persiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan
protein urine
a. Menyapa
ibu dengan ramah dan sopan
b. Berlaku
sopan dalam melakukan pemeriksaan
c. Menjelaskan
prosedur yang akan dilakukan
d. Pasien
diminta untk BAK dan ditampung dalam botol yang sudah disediakan
e. Memposisikan
ibu dengan nyaman selama pemeriksaan
7. Prosedur
Pelaksanaan Pemeriksaan Protein Urine
a. Menyiapkan
dan memeriksa kelengkapan alat
b. Mencuci
tangan
c. Memakai
handscoon
d. Memperhatikan
kejernihan urine
e. Bila
urin keruh disaring dengan kertas penyaring
f. Mengisi
kedua tabung dengan urin, masing + 2ml salah satu tabung sebagai bahan
pembanding pemeriksaan
g. Menyalakan
lampu spirtus
h. Memanaskan
tabung sampai mendidih berjarak 2-3 cm membentuk sudut 45 derajat
i. Arahkan
tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong
j. Bila
urin yang dipanaskan keruh tanbahkan 4 tetes asam asetat 6% dan bila kekeruhan
hilang maka menunjukkan hasil yang negatif
k. Jika
urin tetap keruh maka panaskan sekali lagi dan bandingkan hasilnya
l. Bila
setelah diapanaskan urin tetap keruh maka hasilnya positif dan baca hasil
pemeriksaan
m. Memberitahu
ibu hasil pemeriksaan
n. Membereskan
peralatan
o. Mencuci
tangan
8. Cara Menilai Hasil
Cara penilain ini berlaku untuk pemeriksaan
dengan asam asetat
(-)
: Tidak ada kekeruhan
(+)
: Kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%)
(++)
: Kekeruhan mudah dilihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut
(0,05-0,2%)
(+++)
: Urin jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%)
(++++)
: Sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%)
B. GLUKOSA
URINE
1. Pengertian
Glukosa dan Urine
Adanya glukosa dalam urine di sebut glukosuria, pada hakekatnya glukosa itu
di atur oleh 2 faktor yaitu :
a. Kadar
zat glukosa di dalam urin
b. Ambang
ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa dengan urin. ambang ginjal terhadap
pengeluaran zat glukosa pada kebanyakan orang bertubuh sehat adalah 180 mg% .
gejala glukouria itu akan terjadi jika kadar glukosa darah melebihi nilai
ambang ginjal . ambang ginjal tersebut dapat meninggi atau merendah, peristiwa
yang juga terdapat pada penyakit diabetes.
2. Tujuan
Untuk menentukan adanya glukose dalam urin secara semi kuantitatif
3. PrinsipPemeriksaan
Gukosa dapat mereduksi kupri dalam reagen benedict dalam larutan alkalis
sehingga terjadi perubahan warna, dengan melihat warna yang terjadi dapat di
perkirakan kadar glukosa dalam urin
4. Alat
dan Bahan Yang Digunakan
a. Status
pasien
b. Alat
tulis
c. Bengkok
d. Sabun
cair untuk cuci tangan
e. Handuk
lecil pribadi
f. Wastafel
g. Satu
buah tabung reaksi
h. Tempat
tabung reaksi
i. Penjepit
tabung reaksi
j. Lampu
spristus
k. Korek
api
l. Pipet
m. Urin dalam
bengkok
n. Spuit
5 cc
o. Spuit
10 cc
p. Laritan
asam sulfat salisilat 20%
q. Sikat
tabung reaksi
r. Sabun
detergen
s. Spon
pencuci
t. Kain
lap
u. Celemek
5. Prosedur
Pelaksanaan pemeriksaan Urine
a. Menyiapkan
dan memeriksa kelengkapan alat
b. Mencuci
tangan
c. Memakai
handscoon
d. Memperhatikan
kejernihan urine
e. Bila
urin keruh disaring dengan kertas penyaring
f. Mengisi
kedua tabung dengan benedict, masing 2cc salah satu tabung sebagai bahan
pembanding pemeriksaan
g. Tetesi
Urine 4 tetes,
h. Menyalakan
lampu spirtus
i. Memanaskan
tabung sampai mendidih berjarak 2-3 cm membentuk sudut 45 derajat hingga
mendidih
j. Arahkan
tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong
k. Baca
hasil pemeriksaan
l. Memberitahu
ibu hasil pemeriksaan
m. Membereskan
peralatan
n. Mencuci
tangan
6. Cara
Membaca Hasil Pemeriksaan
Negatif
(-)
: warna tetap biru atau sedikit kehijauan
Positif
1(+) :
warna hijau kekuningan
Positif 2(++) : warna
kuning kehijauan dan keruh
Positif 3(+++) : warna jingga dan
keruh
Positif 4(++++) : warna merah dan keruh
PEMERIKSAAN GLUKOSA
URIN
8.1
Tujuan
Untuk memeriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel
urine.
8.2 Metode
yang Digunakan
Tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode
fehling.
8.3 Prinsip
Pemeriksaan
Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi
kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah.
Intensitas warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam
urine yang diperiksa.
8.4 Alat
dan Bahan
a. Alat
Tabung reaksi
Api bunsen
Pipet volume
Ball filler
b. Bahan
Sampel urine
Reagen Fehling A dan Fehling B
8.5 Cara
Kerja
Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampurkan dalam tabung reaksi
hingga homogen (untuk pemeriksaan tiga sampel)
↓
Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke dalam
tiga tabung reaksi
↓
Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung reaksi
tersebut
↓
Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hingga
mendidih
↓
Setelah dingin, diamati perubahan warna yang terjadi
pada ketiga tabung.
Interpretasi :
(-) :
warna biru / hijau keruh
(+) : larutan
keruh dan hijau agak kuning
(++) : kuning kehijauan
dengan endapan kuning
(+++) : kuning kemerahan dengan endapan
kuning merah
(++++) : merah jingga sampai merah bata
8.6 Hasil
Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
|
No
|
Tabung ke-
|
Komposisi Bahan
|
Pengamatan Warna
|
Interpretasi
|
|
|
Sebelum pemanasan
|
Setelah Pemanasan
|
||||
|
1.
|
A
|
Fehling A + Fehling
B + Sampel urine 1
|
Biru tua
|
Kuning kehijauan
|
++
|
|
2.
|
B
|
Fehling A + Fehling
B + Sampel urine 2
|
Biru tua
|
Kuning kemerahan
|
+++
|
|
3.
|
C
|
Fehling A + Fehling
B + Sampel urine 3 (urine normal)
|
Biru tua
|
Biru tua
|
-
|
Apabila hasil +, maka di dalam sampel urine mengandung glukosa dengan kadar
yang berbeda-beda. Semakin banyak nilai + yang dihasilkan maka semakin besar
pula kandungan glukosa yang terdapat dalam sampel urine.
8.7 Pembahasan
Urin atau air seni adalah cairan yng diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin
terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal
dari darah atau cairan interstisial (Chernecky and Berger, 2008).
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi
ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam
tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar
yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan
dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui
melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen
yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya.
(Chernecky and Berger, 2008).
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi
melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak
akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Pemeriksaan terhadap adanya
glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. Untuk menyatakan keberadaan
suatu glukosa, dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda. Cara yang tidak
spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah
sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan
reagen fehling yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang
mengandung garam cupri. Sedangkan pembuktian glukosuria secara spesifik dapat
dilakukan dengan menggunakan enzim glukosa oxidase (Prasetya, 2011).
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan
reaksi reduksi, dikerjakan dengan menggunakan fehling, benedict,
dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis
pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik
dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan
semi-kuantitatif dan kuantitatif (Subawa.2010). Pereaksi fehling terdiri dari
dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4,
sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat
sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO
(Anonim, 2010).
Pada praktikum ini diketahui bahwa tabung A dan B
menunjukkan hasil positif terkandungnya glukosa dalam sampel urine. Dalam
suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Perbedaan intensitas warna merah
dari tiap tabung tersebut secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine
yang diperiksa. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tabung B
mengandung glukosa dengan kadar tertinggi yang ditunjukkan dengan terjadinya
perubahan warna dari biru tua (warna fehling A dan B) menjadi kuning kemerahan
dean terdapat endapan kuning merah. Dilanjutkan dengan tabung A dengan warna
kuning kehijauan dengan endapan kuning. Sedangkan tabung C tidak menunjukkan
terjadinya perubahan warna, yakni tetap berwarna biru tua seperti warna larutan
fehling A dan B sebelum dipanaskan.
Hal ini telah sesuai secara teoritis, dimana sampel
yang digunakan pada tabung ketiga merupakan sampel urine normal, sehingga tidak
terjadi perubahan warna pada uji fehling yang menunjukkan tidak adanya glukosa
dalam sampel tersebut. Berikut ini adalah reaksi antara aldehid dengan fehling
yang menghasilkan endapan merah bata :
Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam
urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah
yang melebihi kapasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini
dapat ditemukan pada kondisi diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma
Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang
rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan
sindroma Fanconi (Wirawan dkk, tt).
Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien
menderita Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara
reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang disebabkan karena
adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat
menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain : galaktosa, fruktosa,
laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin,
salisilat, dan vitamin C. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut
untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung dalam sampel urine. Hal
ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang mengindikasikan keberadaan
penyakit diabetes. Penggunaan cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan
cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100
mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Nilai ambang
ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal adalah 160-180 mg % (Wirawan dkk,
tt).
Kadar gula yang tinggi dibuang melalui air seni , dengan demikian air seni
penderita kencing manis yang mengandung glukosa sehingga sering dilebung atau
dikerebuti semut , selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi / tenaga,
muda lelah, emas, mudah haus , dan lapar sering kesemutan, sering buang air
kecil, gatal-gatal dan sebagainya
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam
urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin)
terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat
terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena
itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes
mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH
HB (HEMOGLOBIN)
Hemoglobin
adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk
mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan
oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb :
Nilai normal Hb :
|
Wanita
|
12-16
gr/dL
|
|
Pria
|
14-18
gr/dL
|
|
Anak
|
10-16
gr/dL
|
|
Bayi
baru lahir
|
12-24gr/dL
|
Penurunan Hb
terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena
(misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh
obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat
kanker), indometasin (obat antiradang).
Peningkatan
Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD),
gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb
yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat
untuk infeksi pada kulit
TROMBOSIT (PLATELET)
Trombosit
adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan
dengan membentuk gumpalan.
Penurunan
sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan
hambatan perm- bekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah
200.000-400.ooo/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.
HEMATOKRIT (HMT)
Hematokrit
menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan
jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah
makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan ke
luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap, maka darah menjadi
lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat dengan nilai HMT
> 20 %.
Nilai normal HMT :
|
Anak
|
33
-38%
|
|
Pria
dewasa
|
40
– 48 %
|
|
Wanita
dewasa
|
37
– 43 %
|
Penurunan HMT
terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah
secara mendadak, misal pada kecelakaan), anemia, leukemia, gagalginjal kronik,
mainutrisi, kekurangan vitamin B dan C, kehamilan, ulkuspeptikum (penyakit
tukak lambung).
Peningkatan
HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan),
efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain.
LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)
Leukosit
adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi
untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari
sistem kekebalan tubuh.
Nilai normal :
Nilai normal :
|
Bayi
baru lahir
|
9000
-30.000 /mm3
|
|
Bayi/anak
|
9000
– 12.000/mm3
|
|
Dewasa
|
4000-10.000/mm3
|
Peningkatan
jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau
radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput
otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan
Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin,
prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin,
kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
Penurunan
jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu
terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat
disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker,
antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol),
sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).
Hitung Jenis Leukosit
(Diferential Count)
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
Hasil
pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses
penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung
ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Salah satu
jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (se! darah merah),
dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah.
Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit
yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.
Peningkatan
jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan,
apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah
neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan
Iain-Iain.
EOSINOFIL
Eosinofil
merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi
(terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 – 2% dari seluruh jumlah
leukosit. Nilai normal dalam tubuh: 1 – 4%
Peningkatan
eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak,
testis, dan ovarium. Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian
shock, stres, dan luka bakar.
BASOFIL
Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1%
dari seluruh jumlah leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang
seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain.Nilai normal dalam tubuh: o -1%
Peningkatan
basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan
infeksi.
Penurunan
basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan
kehamilan
LIMPOSIT
Salah satu
leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai
normal: 20 – 35% dari seluruh leukosit.
Peningkatan
limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik, dan
Iain-Iain.
Penurunan
limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal ginjal, dan
Iain-Iain.
MONOSIT
Monosit
merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar
dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi
di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 – 8% dari jumlah seluruh
leukosit.
Peningkatan
monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan
Iain-Iain.
Penurunan
monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
ERITROSIT
Sel darah
merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah
dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling
banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif
selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di
dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel
darah merah lebih banyak.
Nilai normal eritrosit :
|
Pria
|
4,6
– 6,2 jt/mm3
|
|
Wanita
|
4,2
– 5,4 jt/mm3
|
MASA PERDARAHAN
Pemeriksaan
masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya
indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya perdarahan dalam keiuarga.
Nilai normal :
|
dengan
Metode Ivy
|
3-7
menit
|
|
dengan
Metode Duke
|
1-3
menit
|
Waktu
perdarahan memanjang terjadi pada penderita trombositopeni (rendahnya kadar
trombosit hingga 50.000 mg/dl), ketidaknormalan fungsi trombosit,
ketidaknormalan pembuluh darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik,
kekurangan faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan waktu
perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya salisilat (obat kulit untuk
anti jamur), obat antikoagulan warfarin (anti penggumpalan darah), dextran, dan
Iain-Iain.
Masa Pembekuan
Merupakan
pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan waktu untuk proses pembekuan
darah. Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti
pembekuan darah). Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial
terjadi perdarahan.Normalnya darah membeku dalam 4 – 8 menit (Metode Lee
White).
Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan).
Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.
Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan).
Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.
LAJU ENDAP DARAH (LED)
LED untuk
mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah merah) dan menggambarkan komposisi
plasma serta perbandingannya antara eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED
dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan
penyakit, terutama pada penyakit kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik),
dan TBC.
Peningkatan
LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma,
kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka
bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif, anemia sel sabit,
kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan jantung).Selain itu
penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat seperti aspirin,
kortison, quinine, etambutol.
G6PD (GLUKOSA 6 PHOSFAT
DEHIDROGENASE)
Merupakan
pemeriksaan sejenis enzim dalam sel darah merah untuk melihat kerentanan
seseorang terhadap anemia hemolitika. Kekurangan G6PD merupakan kelainan
genetik terkait gen X yang dibawa kromosom wanita. Nilai normal dalam darah
yaitu G6PD negatif
Penurunan G6PD terdapat pada anemia hemolitik, infeksi bakteri, infeksi virus, diabetes asidosis.
Peningkatan G6PD dapat juga terjadi karena obat-obatan seperti aspirin, asam askorbat (vitamin C) vitamin K, asetanilid.
Penurunan G6PD terdapat pada anemia hemolitik, infeksi bakteri, infeksi virus, diabetes asidosis.
Peningkatan G6PD dapat juga terjadi karena obat-obatan seperti aspirin, asam askorbat (vitamin C) vitamin K, asetanilid.
BMP (BONE MARROW PUNCTION)
Pemeriksaan
mikroskopis sumsum tulang untuk menilai sifat dan aktivitas hemopoetiknya
(pembentukan sel darah). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada penderita yang
dicurigai menderita leukemia.
Nilai normal rasio M-E (myeloid-eritrosit) atau perbandingan antara leukosit berinti dengan eritrosit berinti yaitu 3 :1 atau 4 :1
Nilai normal rasio M-E (myeloid-eritrosit) atau perbandingan antara leukosit berinti dengan eritrosit berinti yaitu 3 :1 atau 4 :1
HEMOSIDERIN/FERITIN
Hemosiderin
adalah cadangan zat besi dalam tubuh yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya kekurangan
zat besi dalam tubuh yang mengarah ke risiko menderita anemia.
PEMERIKSAAN ALKOHOL DALAM
PLASMA
Pemeriksaan
untuk mendeteksi adanya intoksikasi alkohol (keracunan alkohol) dan dilakukan
untuk kepentingan medis dan hukum. Peningkatan alkohol darah melebihi 100
mg/dl tergolong dalam intoksikasi alkohol sedang berat dan dapat terjadi pada
peminum alkohol kronis, sirosis hati, malnutrisi, kekurangan asam folat,
pankreatitis akut (radang pankreas), gastritis (radang lambung), dan
hipo-glikemia (rendahnya kadar gula dalam darah).
PEMERIKSAAN TOLERANSI LAKTOSA
Laktosa adalah
gula sakarida yang banyak ditemukan dalam produk susu dan olahannya. Laktosa
oleh enzim usus akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa. Penumpukan
laktosa dalam usus dapat terjadi karena kekurangan enzim laktase, sehingga
menimbulkan diare, kejang abdomen (kejang perut), dan flatus (kentut)
terus-menerus, hal ini disebut intoleransi laktosa. dalam jumlah besar
kemudian diperiksa kadar gula darah . Apabila nilai glukosa darah sewaktu
>20 mg/dl dari nilai gula darah puasa berarti laktosa diubah menjadi glukosa
atau toleransi laktosa, dan apabila glukosa sewaktu <20 mg/dl dari kadar
gula darah puasa, berarti terjadi intoleransi glukosa. Sebaiknya menghindari
konsumsi produk susu. Hal ini dapat diatasi dengan sedikit demi sedikit
membiasakan konsumsi produk susu.
Nilai normal :
|
dalam
plasma
|
<
0,5 mg/dl
|
|
dalam
urin
|
12-40
mg/dl
|
LDH (LAKTAT DEHIDROGENASE)
Merupakan
salah satu enzim yang melepas hidrogen, dan tersebar luas pada jaringan
terutama ginjal, rangka, hati, dan otot jantung.
Peningkatan
LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai puncaknya
24-48 jam setelah infark miokard (serangan jantung) dan tetap normal 1-3
minggu kemudian. Nilai normal: 80 – 240 U/L
SGoT (Serum
Glutamik Oksoloasetik
Transaminase)
Transaminase)
Merupakan
enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan
jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan
pada jaringan jantung dan hati.
Nilai normal :
|
Pria
|
s.d.37
U/L
|
|
Wanita
|
s.d.
31 U/L
|
Pemeriksan
ini bertujuan untuk mendeteksi adanya intoleransi laktosa dengan cara memberi
minum laktosa
Peningkatan SGOT <3x normal = terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis, infark paru, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT 3-5X normal = terjadi karena sumbatan saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT >5x normal = kerusakan sei-sel hati, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut (radang pankreas), dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT <3x normal = terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis, infark paru, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT 3-5X normal = terjadi karena sumbatan saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT >5x normal = kerusakan sei-sel hati, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut (radang pankreas), dan Iain-lain.
SGPT (Serum Glutamik Pyruvik
Transaminase)
Merupakan
enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh
terutama hati. Peningkatan dalam serum darah menunjukkan adanya trauma
atau kerusakan hati.
Nilai normal :
|
Pria
|
sampai
dengan 42 U/L
|
|
Wanita
|
sampai
dengan 32 U/L
|
Peningkatan
>20x normal terjadi pada hepatitis virus, hepatitis toksis.
Peningkatan 3 – 10x normal terjadi pada infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan jantung).
Peningkatan 1 – 3X normal terjadi pada pankreatitis, sirosis empedu.
Peningkatan 3 – 10x normal terjadi pada infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan jantung).
Peningkatan 1 – 3X normal terjadi pada pankreatitis, sirosis empedu.
ASAM URAT
Asam urat
merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat pada
DNA dan RNA).Purin terdapat dalam makanan antara lain: daging,
jeroan, kacang-kacangan, ragi, melinjo dan hasil olahannya.
Pergantian purin dalam tubuh berlangsung terus-menerus dan menghasilkan banyak
asam urat walaupun tidak ada input makanan yang mengandung asam urat.
Asam urat sebagian besar diproduksi di hati dan diangkut ke
ginjal. Asupan purin normal melalui makanan akan menghasilkan 0,5 -1 gr/hari.
Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal,
metabolisme purin, serta asupan dari makanan. Asam urat dalam urin akan
membentuk kristal/batu dalam saluran kencing. Beberapa individu dengan kadar
asam urat >8mg/dl sudah ada keluhan dan memerlukan pengobatan.
Nilai normal :
Nilai normal :
|
Pria
|
3,4
– 8,5 mg/dl (darah)
|
|
Wanita
|
2,8
– 7,3 mg/dl (darah)
|
|
Anak
|
2,5
– 5,5 mg/dl (darah)
|
|
Lansia
|
3,5
– 8,5 mg/dl (darah)
|
|
Dewasa
|
250
– 750 mg/24 jam (urin)
|
Peningkatan
kadar asam urat terjadi pada alkoholik, leukemia, penyebaran kanker, diabetes
mellitus berat, gagal ginjal, gagal jantung kongestif, keracunan timah hitam,
malnutrisi, latihan yang berat. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
obat-obatan misalnya asetaminofen, vitamin C,aspirin jangka panjang,diuretik.
Penurunan
asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam folat, luka bakar, kehamilan, dan
Iain-Iain. Obat-obat yang dapat menurunkan asam urat adalah allopurinol,
probenesid, dan Iain-Iain.
Kreatinin
Kreatinin
Merupakan produk
akhir metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat (protein) diproduksi dalam
hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah, dibuang melalui urin. Peningkatan
dalam serum tidak dipengaruhi oleh asupan makanan dan cairan.
Nilai normal dalam darah :
|
Pria
|
0,6
– 1,3 mg/dl
|
|
Wanita
|
0,5
– 0,9 mg/dl
|
|
Anak
|
0,4
-1,2 mg/dl
|
|
Bayi
|
0,7
-1,7 mg/dl
|
|
Bayi
baru lahir
|
0,8
-1,4 mg/dl
|
Peningkatan
kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan
massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal ginjal, kanker,
konsumsi daging sapi tinggi, serangan jantung. Obat-obatan yang dapat
meningkatkan kadar kreatinin nyaitu vitamin C, antibiotik golongan
sefalosporin,aminoglikosid, dan Iain-Iain.
BUN (BLOOD UREA NITROGEN)
BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh
hati. Pada orang normal, ureum dikeluarkan melalui urin.
Nilai normal :
Nilai normal :
|
Dewasa
|
5-25
mg/dl
|
|
Anak
|
5-20
mg/dl
|
|
Bayi
|
5-15
mg/dl
|
Rasio nitrogen urea dan kreatinin = 12 :1 – 20 :1
Pemeriksaan Trigliserida
Merupakan
senyawa asam lemak yang diproduksi dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk
lemak hewani. Trigliserida ini merupakan penyebab utama penyakit
penyumbatan arteri dibanding kolesterol.
Nilai normal :
|
Bayi
|
5-4o
mg/dl
|
|
Anak
|
10-135
mg/dl
|
|
Dewasa
muda
|
s/dl50
mg/dl
|
|
Tua
(>50 tahun)
|
s/d
190 mg/dl
|
Penurunan
kadartrigliserid serum dapatterjadi karena malnutrisi protein, kongenital
(kelainan sejak lahir). Obat-obatan yang dapat menurunkan trigliserida yaitu
asam askorbat (vitamin C), metformin (obata anti diabetik oral).
Peningkatan
kadar trigliserida terjadi pada hipertensi (penyakit darah tinggi), sumbatan
pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak terkontrol, diet tinggi karbohidrat,
kehamilan. Dari golongan obat, yang dapat meningkatkan trigliserida yakni pil
KB terutama estrogen.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM DARAH
Laboratorium klinik atau laboratorium medis ialah laboratorium di mana
berbagai macam tes dilakukan pada spesimen biologis untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan pasien. Hematologi menerima keseluruhan darah dan plasma.
Mereka melakukan penghitungan darah dan selaput darah. Pemeriksaan hematologi
Rutin atau darah rutin pada anak meliputi 6 jenis pemeriksaan; yaitu Hemoglobin
/ Haemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht/PCV), Leukosit: hitung leukosit (leukocyte
count), hitung jenis (differential count), Hitung trombosit /platelet
count, Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate(ESR)
dan Hitung eritrosit
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi
kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak
pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi
hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas,
elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis anemi.
Uji fungsi hati meliputi pemeriksaan kadar protein
total & albumin, bilirubin total & bilirubin direk, serumglutamic
oxaloacetate transaminase (SGOT/AST) & serum glutamic pyruvate
transaminase(SGPT/ALT), gamma glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP)
dan cholinesterase(CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya
dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik
elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui
perubahan fraksi protein di dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein
serum ini menunjukkan perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya
memeriksa kadar protein total dan albumin serum.
Uji fungsi jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK),
isoenzim creatine kinase yaitu CKMB, N-terminal pro brain natriuretic
peptide (NT pro-BNP) dan Troponin-T.
Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan memeriksa aktifitas CKMB, NT
pro-BNP, Troponin-T dan hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk
kelainan otot jantung, karena hasil yang meningkat dapat dijumpai pada beberapa
kerusakan jaringan tubuh seperti hati, pankreas, keganasan terutama dengan
metastasis, anemia hemolitik dan leukemia.
Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum
dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam
tubuh yang diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan
ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum
akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh
otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin
dalam serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis kelamin dan fungsi ginjal. Di Laboratorium
Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan kadar kreatinin dilaporkan dalam mg/dl dan
estimated GFR (eGFR) yaitu nilai yang dipakai untuk mengetahui perkiraan laju
filtrasi glomerulus yang dapat memperkirakan beratnya kelainan fungsi ginjal.
Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji
bersihan kreatinin (creatinine clearance test/CCT).Creatinine clearance
test/CCT memerlukan urin kumpulan 24 jam, sehingga bila
pengumpulan urin tidak berlangsung dengan baik hasil pengukuran akan
mempengaruhi nilai CCT. Akhir-akhir ini, penilaian fungsi ginjal dilakukan
dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan
dalam pengumpulan urin. Cystatin adalah zat dengan berat molekul rendah,
dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh
proses radang atau kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan melalui
ginjal. Oleh karena itu kadar Cystatin dipakai sebagai indikator yang sensitif
untuk mengetahui kemunduran fungsi ginjal.
Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar
kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut
terutama dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah
seperti pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah
jantung, pasien dengan diabetes melitus (DM) dan hipertensi serta pasien dengan
keluarga yang menunjukkan peningkatan kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan
lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 - 14 jam. Bila pada pemeriksaan
kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar
trigliserida sebaiknya pemeriksaan diulang setelah berpuasa > 14 jam untuk
mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol
HDL dan kolesterol LDL tidak perlu berpuasa. Selain itu dikenal pemeriksaan
lipoprotein (a) bila meningkat dapat merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui
adanya peningkatan atau penurunan kadar gula darah serta untuk monitoring hasil
pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus (DM). Peningkatan kadar gula darah
biasanya disebabkan oleh Diabetes Melitus atau kelainan hormonal di dalam
tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dikeluarkan lewat urin yang disebut
glukosuria. Terdapat beberapa macam pemeriksaan untuk menilai kadar gula darah
yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula puasa, kadar gula darah 2 jam
setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c, insulin dan
C-peptide. Kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula pada waktu
yang tidak ditentukan. Kadar gula darah puasa bila pemeriksaan dilakukan
setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam sebelum pengambilan darah atau sesudah
makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah 2 jam post-prandial.
Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan
gula darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darahpost-prandial.
Pemeriksaan kadar gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor
penderita DM yang menggunakan obat anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jam post-prandial berguna
untuk mengetahui respon pasien terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2
jam setelah makan siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi
penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM. Selain itu dikenal
pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam
7 pagi, 11 siang dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah
selama 1 hari dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan kadar gula
darah yang meragukan, dilakukan uji toleransi glukosa oral (TTGO). Pada keadaan
ini pemeriksaan harus memenuhi persyaratan:
1.
Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien harus makan
karbohidrat yang cukup.
2.
Tidak boleh minum alkohol.
3.
Pasien harus puasa 10 – 12 jam tanpa minum obat,
merokok dan olahraga sebelum pemeriksaan dilakukan.
4.
Di laboratorium pasien diberikan gula 75 g glukosa
dilarutkan dalam 1 gelas air yang harus dihabiskan dalam waktu 10 – 15 menit
atau 1.75 g per kg berat badan untuk anak.
5.
Gula darah diambil pada saat puasa dan 2 jam setelah
minum glukosa.
Insulin adalah merupakan hormon yang dihasilkan oleh
pankreas pada sel beta pulau Langerhans. Berkurangnya aktifitas insulin akan
menyebabkan terjadinya Diabetes Melitus. Pemeriksaan aktifitas insulin bila
diduga terdapat insufisiensi insulin, peningkatan kadar insulin pada pasien
dengan hipoglikemia. Pengukuran aktifitas insulin ini tidak dipengaruhi oleh
insulin eksogen. Insulin berasal dari pro insulin yang mengalami proteolisis menjadi
C-peptide. C-peptide dipakai untuk mengetahui sekresi insulin basal.
Untuk pemantauan DM dilakukan uji HbA1c.
Pemeriksaan ini menunjukkan kadar gula darah rerata selama 1 – 3 bulan. Dalam
keadaan normal, kadar HbA1c berkisar antara 4 – 6% dan bila gula
darah tidak terkontrol, kadar HbA1c akan meningkat. Oleh karena itu,
penderita dengan kadar gula darah yang normal bukan merupakan petanda DM
terkontrol. DM terkontrol bila kadar HbA1c normal. Hasil pemeriksaan
HbA1c akan lebih rendah dari sebenarnya bila didapatkan
hemoglobinopati seperti thalassemia. Oleh karena itu, penderita DM sebaiknya
melakukan pemeriksaan analisa hemoglobin untuk mengetahui kelainan tersebut
dalam menilai hasil pemeriksaan HbA1c . Akhir – akhir ini uji HbA1c
selain untuk monitoring pengobatan, dipakai untuk diagnosis DM.
Pankreas menghasilkan enzim amilase dan lipase.
Amilase selain dihasilkan oleh pankreas juga dihasilkan oleh kelenjar ludah dan
hati yang berfungsi mencerna amilum/karbohidrat. Kadar amilase di dalam serum
meningkat pada radang pankreas akut. Pada keadaan tersebut, keadaan amilase
meningkat setelah 2 – 12 jam dan mencapai puncak 20 – 30 jam dan menjadi normal
kembali setelah 2 – 4 hari. Gejala yang timbul berupa nyeri hebat pada perut.
Kadar amilase ini dapat pula meningkat pada penderita batu empedu dan pasca
bedah lambung.
Lipase adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang
berfungsi mencerna lemak. Lipase akan meningkat di dalam darah apabila ada
kerusakan pada pankreas. Peningkatan kadar lipase dan amilase terjadi pada
permulaan penyakit pankreatitis, tetapi lipase serum meningkat sampai 14 hari,
sehingga pemeriksaan lipase bermanfaat pada radang pankreas yang akut stadium
lanjut.
Untuk pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain
besi, asam folat dan vit. B12. Besi merupakan unsur yang terbanyak didapatkan
di darah dalam bentuk hemoglobin, serum iron (SI), total iron binding
capacity(TIBC) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui
banyaknya besi yang ada di dalam serum yang terikat dengan transferin,
berfungsi mengangkut besi ke sumsum tulang. Serum iron diangkut
oleh protein yang disebut transferin, banyaknya besi yang dapat diangkut oleh
transferin disebut total iron binding capacity (TIBC). Saturasi transferin
mengukur rasio antara kadar SI terhadap kadar TIBC yang dinyatakan dalam
persen. Ferritin adalah cadangan besi tubuh yang sensitif, kadarnya menurun
sebelum terjadi anemia. Pada anemia tidak selalu terjadi perubahan pada SI,
TIBC dan ferritin tergantung pada penyebab anemia. Pada anemia defisiensi besi,
kadar SI dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC akan meningkat/normal
dan cadangan besi tubuh menurun. Pengukuran asam folat dan vitamin B12
bertujuan untuk mengetahui penyebab anemia.
Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak,
yang fungsinya menahan air di dalam tubuh. Na mempunyai banyak fungsi seperti
pada otot, saraf, mengatur keseimbangan asam-basa bersama dengan klorida (Cl)
dan ion bikarbonat. Kalium (K) merupakan kation intraseluler terbanyak. Delapan
puluh – sembilan puluh persen K dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh
karena itu, pada kelainan ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl)
merupakan anion utama didalam cairan ekstraseluler. Unsur tersebut mempunyai
fungsi mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dan mengatur keseimbangan
asam-basa.
Kalsium (Ca) terutama terdapat di dalam tulang. Lima
puluh persen ada dalam bentuk ion kalsium (Ca), ion Ca inilah yang dapat
dipergunakan oleh tubuh. Protein dan albumin akan mengikat Ca di dalam serum
yang mengakibatkan penurunan kadar ion Ca yang berfungsi di dalam tubuh. Oleh
karena itu untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa kadar Ca total,
protein total, albumin dan ion Ca.
Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel.
Fosfor berada di dalam serum dalam bentuk fosfat. Delapan puluh sampai delapan
puluh lima persen kadar fosfat di dalam badan terikat dengan Ca yang terdapat
pada gigi dan tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan dengan
metabolisme Ca. Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan gangguan fungsi ginjal,
sedangkan kadar P yang rendah mungkin disebabkan oleh kurang gizi, gangguan
pencernaan, kadar Ca yang tinggi, peminum alkohol, kekurangan vitamin D,
menggunakan antasid yang banyak pada nyeri lambung.
Pada tabel ini, terdapat tabel
Paediatric normal ranges untuk hasil normal laboratorium pada anak dan adult
normal ranges untuk hasil normal laboratorium pada anak.
kak daftar pustakanya mana...???
BalasHapus